es dawet seger
Asal Usul[sunting | sunting sumber]
Dawet berasal dari Desa Jabung, Ponorogo tanpa warna atau bening, mulai dikenal pada abad 15 pada zaman bupati Ponorogo Bathoro Katong, karena bermanfaat menyembuhkan orang sakit. Pada kala itu Warok Suro menggolo kembali pulih setelah luka melakukan perang,[2] Kemudian Bathoro Katong memperkenalkan Dawet Jabung kepada kakanya Raden Fatah di Kesultanan Demak, Seketika Raden Fatah pun suka dengan minuman Dawet dan ingin menjadikan sebagai minuman keseharian di keraton Kesultanan Demak, kemudian dawet jabung yang berwarna bening diberi warna hijau, yang merupakan warna favorit Rasulallah Saw, Dawet yang berwarna hijau ini menyebar ke barbagai kota di Jawa Tengah.
Ketika Kesultanan Demak melakukan penyerangan Portugis di Melaka, Pasukan Demak disediakan minuman Dawet Hijau supaya memiliki semangat perang yang tinggi, sehingga Dawet pun dikenal juga oleh orang melayu yang tinggal di Malaysia, Singapura, Riau dan Thailand Selatan.
Di Ponorogo terdapat Kampung Dawet di sekitaran Jetis yang dijual dari warung-warung hingga restoran dengan menyajikan secara khas, yakni memberikan mangkok dawet diatas lepek kecil, bukan nampan.[3]
Bahan-bahan:
- 80 gr dawet atau cendol hijau
- 20 gr tape ketan hitam
- 20 gr tape hijau
- 30 ml santan
- 30 ml gula merah cair
- 30 ml Frisian Flag Susu Kental Manis Full Cream Gold
- 1 sdm biji selasih
- 150 ml air
- Es batu secukupnya
Cara membuat es dawet:
- Masukkan biji selasih 1 sdm, diamkan selama 10-15 menit
- Siapkan mangkuk lalu masukkan es batu secukupnya, cendol hijau 80 gr, selasih 2 sdm, tape ketan hitam 1 sdm, tape ketan hijau 1 sdm, santan 30 ml, gula merah cair 30 ml dan Frisian Flag Susu Kental Manis Full Cream Gold
- Es Dawet Selasih siap untuk dihidangkan
Komentar
Posting Komentar